Meksi Sudah Mendapat Izin dari BPOM, Vaksin Zifivax Belum Akan Digunakan Vaksinasi di Indonesia
Jakarta - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah resmi memberikan izin penggunaan darurat (emergency situation usage authorization/EUA) kepada vaksin COVID-19 dengan merek Zifivax buatan China.
Dari hasil uji klinis, efikasi vaksin dengan platform protein subunit ini mencapai 81,71%. Selain itu, Zifivax juga disuntikkan sebanyak 3 dosis dengan interval 1 bulan.
Terkait dengan penerbitan EUA, Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi, menyebutkan sampai dengan saat ini pemerintah belum ada rencana untuk menggunakan vaksin ini dalam waktu dekat.
"Belum [digunakan] kalau digunakan program pemerintah," kata Nadia.
Akan tetapi, ia tak menutup kemungkinan vaksin ini nantinya dapat digunakan oleh pemerintah. Sebab, sudah ada EUA yang dikeluarkan oleh BPOM.
"Bisa saja karena, kan, sudah ada EUA jadi bisa beredar di Indonesia," lanjutnya.
Vaksin Zifivax ini merupakan vaksin yang dikembangkan Anhui Zhifei Longcom Biopharmaceutical asal China, yang kemudian dilakukan transfer teknologi ke perusahaan Indonesia, yakni PT JBio.
Oleh karena itu, vaksin ini rencananya akan diproduksi di Indonesia bekerja sama dengan PT Biotis dalam tahun ini.
Sebelumnya, Kepala BPOM Penny Lukito berharap vaksin Zifivax ini bisa dimanfaatkan juga sebagai booster.
"Zifivax punya potensi untuk vaksin booster, demikian juga vaksin-vaksin lain yang akan segera uji klinis, akan introducing uji klinik fase 1. Tapi pengembangannya di Indonesia akan segera launching dan harapannya bisa jadi potensi vaksin booster ke depan," kata Penny dalam konferensi pers digital, Kamis (7/10).
Untuk saat ini, pemerintah telah dan akan menggunakan empat vaksin untuk program vaksinasi nasional, yaitu Sinovac, Novavax, Pfizer, dan AstraZeneca. Indonesia juga menerima hibah vaksin Sinopharm dan Moderna dari negara sahabat.
Dari hasil uji klinis, efikasi vaksin dengan platform protein subunit ini mencapai 81,71%. Selain itu, Zifivax juga disuntikkan sebanyak 3 dosis dengan interval 1 bulan.
Terkait dengan penerbitan EUA, Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi, menyebutkan sampai dengan saat ini pemerintah belum ada rencana untuk menggunakan vaksin ini dalam waktu dekat.
"Belum [digunakan] kalau digunakan program pemerintah," kata Nadia.
Akan tetapi, ia tak menutup kemungkinan vaksin ini nantinya dapat digunakan oleh pemerintah. Sebab, sudah ada EUA yang dikeluarkan oleh BPOM.
"Bisa saja karena, kan, sudah ada EUA jadi bisa beredar di Indonesia," lanjutnya.
Vaksin Zifivax ini merupakan vaksin yang dikembangkan Anhui Zhifei Longcom Biopharmaceutical asal China, yang kemudian dilakukan transfer teknologi ke perusahaan Indonesia, yakni PT JBio.
Oleh karena itu, vaksin ini rencananya akan diproduksi di Indonesia bekerja sama dengan PT Biotis dalam tahun ini.
Sebelumnya, Kepala BPOM Penny Lukito berharap vaksin Zifivax ini bisa dimanfaatkan juga sebagai booster.
"Zifivax punya potensi untuk vaksin booster, demikian juga vaksin-vaksin lain yang akan segera uji klinis, akan introducing uji klinik fase 1. Tapi pengembangannya di Indonesia akan segera launching dan harapannya bisa jadi potensi vaksin booster ke depan," kata Penny dalam konferensi pers digital, Kamis (7/10).
Untuk saat ini, pemerintah telah dan akan menggunakan empat vaksin untuk program vaksinasi nasional, yaitu Sinovac, Novavax, Pfizer, dan AstraZeneca. Indonesia juga menerima hibah vaksin Sinopharm dan Moderna dari negara sahabat.
Komentar
Posting Komentar